Batasan dan Uraian Umum
Rongga patologis berisi jaringan nekrotik yang timbul dalam jaringan hati akibat infeksi amuba atau bakteri.
Amebiasis merupakan penyakit endemik yang berhubungan dengan aspek sosial kemasyarakatan
yang luas, terutama didaerah dengan sanitasi, status hygiene yang kurang baik dan status ekonomi yang rendah. Indonesia memiliki banyak daerah endemik untuk strain virulen E. histolytica. E. histolytica hidup komensal di usus manusia, namun dengan keadaan gizi yang buruk dapat menjadi patogen dan menyebabkan angka morbiditas yang tinggi. Penelitian di Indonesia menunjukan perbandingan pria : wanita berkisar 3 : 1 – 22 : l. Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun, terutama pada dewasa muda, jarang pada anak-anak.
Baik bentuk trophozoit maupun kista dapat ditemukan pada lumen usus. Namun hanya bentuk trophozoit yang dapat menginvasi jaringan. Amuba ini dapat menjadi patogen dengan mensekresi enzim cysteine protease, sehingga melisiskan jaringan maupun eritrosit dan menyebar keseluruh organ secara hematogen dan perkontinuinatum. Ameba yang masuk ke submukosa memasuki kapiler darah, ikut dalam aliran darah melalui vena porta ke hati. Di hati E. hystolitica mensekresi enzim proteolitik yang melisis jaringan hati, dan membentuk abses. Lokasi yang sering adalah di lobus kanan (70% - 90%), superfisial serta tunggal.
Kecendrungan ini diperkirakan akibat penggabungan dari beberapa tempat infeksi mikroskopik. Ukuran abses bervariasi dari diameter 1 sampai 25 cm. Dinding abses bervariasi tebalnya, bergantung pada lamanya penyakit – yang kronis dan besar berdinding tebal, Secara klasik, cairan abses menyerupai ”achovy paste” dan berwarna coklat kemerahan, sebagai akibat jaringan
hepar serta sel darah merah yang dicerna. Evaluasi cairan abses untuk penghitungan sel dan enzimatik secara umum tidak membantu dalam mendiagnosis abses amuba. Amuba bisa didapalkan ataupun tidak di dalam cairan pus. Penderita umumnya mengalami demam, nyeri perut kanan atas, hepatomegali yang nyeri spontan atau nyeri tekan atau disertai gejala komplikasi. Kadang gejalanya tidak khas, timbul pelan-pelan atau asimptomatis. Pada pendenta amebiasis hepar, kelainan laboratorium yang ditemukan adalah anemia ringan sampai sedang, dan leukositosis. Pada pemeriksaan faal hati, tidak ditemukan kelainan yang spesifik. Kista dan tropozoit pada kotoran hanya teridentifikasi pada 15% - 50% penderita abses amuba hepar, karena infeksi usus besar seringkali telah mereda saat penderita mengalami abses hepar. Complement fixation test lebih dapat dipercaya dibanding riwayat diare, pemeriksaan kotoran, dan proktoskopi. Pada foto dada penderita amebiasis hati dapat berupa peninggian kubah diafragma kanan, berkurangnya gerak diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru. Untuk mendeteksi amebiasis hati, USG sama efektifnya dengan CT atau MRI. Sensitivitasnya dalam mendiagnosis amebiasis hati adalah 85% - 95%. Diagnosis
1. Anamnesis
Demam, perasaan nyeri perut kanan atas.
2. Pemeriksaan Fisik
Ikterus, hepatomegali yang nyeri tekan, nyeri tekan perut kanan atas.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
- Leukositosis
- Gangguan fungsi hati
b. USG hati
c. Aspirasi pus positif
Diagnosis Banding
· Hepatoma
· Kolesistitis
· TBC hati
· Aktinomikosis hati
Tatalaksana
· Tirah baring, diet tinggi kalori tinggi protein
· Konservatif:
1) Pada abses amuba
Metronidazol 4 x 500-750 mg/hari selama 5-10 hari
2) Pada abses piogenik
Antibiotik spektrum luas atau sesuai dengan hasil kultur kuman.
3) Pada abses campuran
Kombinasi Metronidazol dan antibiotik
· Drainase cairan abses, terutama pada kasus yang gagal dengan tatalaksana konservatif atau bila abses berukuran besar (> 5 cm).
Artikelnya sangat bermanfaat sekali,, di tunggu artikel yang lainnya
BalasHapushttp://obat-alami.info/obat-alami-abses-hati/